
Kabar Sumatera (84),
‘BERCERMIN BIJAK DARI KABUPATEN BATU BARA,
SARAT PESAN MORAL & KEMULIAAN’
Koranjokowi.com, OPini:
Medio Januari 2022 Koranjokowi.com ingat bahwa ada rencana Pemkab Batu bara melakukan perubahan terhadap Lambang Daerah Kabupaten Batubara yang ber-moto ‘Sejahtera Berjaya’. Yang menyimbolkan adanya tujuan / cita cita bersama seluruh lapisan multikultural masyarakat Batu Bara mencapai
kesejahteraan dan keberhasilan/berjaya dalam membangun daerahnya.
Sontak masyarakat pun melakukan ‘interupsi, juga Ketua Umum Pengurus Besar Gerakan Masyarakat Menuju Kesejahteraan Kabupaten Batu Bara (PB GEMKARA) , yang mengingatkan semua pihak untuk berhati-hati ,tidak gegabah untuk melakukan perubahan terhadap Lambang Daerah Kabupaten Batubara. Lambang negara atau lambang daerah merupakan cerminan eksistensi, perjuangan dan cita-cita masa depan suatu negara atau daerah
Koranjokowi.com tidak tahu bagaimana selanjutnya?
Semoga semua baik – baik saja.
Wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk jaug sebelum tahun 1720 M, ketika itu di Batu Bara terdapat 5 (lima) suku penduduk yaitu ♥“Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga”♥. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu. Ketika itu Batu Bara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor. Untuk mewakili kerajaan Siak dan mengepalai Datuk-Datuk seluruh Batu Bara diangkat seorang Bendahara secara turun temurun. Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.
Susunan pimpinan Batu Bara pada waktu itu ialah Bendahara dan di bawahnya terdapat sebuah Dewan yang anggota-anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk kepala suku bersama-sama. Anggota Dewan ini adalah:
♥Seorang Syahbandar, tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah Datar.
♥Juru Tulis, dipilih yang berasal dari suku Lima Puluh.
♥Mata-Mata, dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras.
♥Penghulu Batangan, dipilih orang yang berasal dari suku Pesisir.
Kabupaten Batu bara (KBB) pun banyak diwarisi situs bersejarah yang sangat erat
kaitannya dengan kepercayaan / keberagamaan masyarakat, di antaranya adalah
Kuba Datok Batu Bara, Sumur Istana Niat Laras dan Meriam Bogak
Masyarakatnya pun demikian menjungjung tinggi berbagai kultur yang dianggap sebagai sesuatu yang datang dari ajaran agama. Misalnya; kegiatan pesta tapai dan mandi balimau ketika akan memasuki bulan ramadan, mandi tolak
bala, tepung tawar saat acara tertentu, berdoa di tempat-tempat yang dianggap
keramat dan melepaskan berbagai hajat di tempat yang diyakini mempunyai
kekuatan tersendiri.
Masyarakatnya sejak lama mengenai apa yang kemudian disebut ‘Dimensi Ihsan (penghayatan)‘,
Dimensi ini berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dengan
Allah SWT dalam kehidupannya. Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan
tentang kehadiran Allah SWT dalam kehidupan, ketenangan hidup, merasa khusyuk
dalam ibadah, perasaan syukur atas karunia dan sebagainya.
Adat dan tradisi sebahagian masyarakat Melayu Kabupaten Batu Bara adalah mengkramatkan makam/kuburan, itu terbukti dengan banyaknya perlakuan khusus berkaitan dengan makam. Khususnya dengan cara menziarahi ketika memasuki bulan Ramadhan, maupun waktu waktu tertentu.
Di Kabupaten Batu Bara sendiri, banyak terdapat makam yang dikramatkan. Seperti makam Kuba Datuk Batu Bara, Kuba Nenek Siti Ruqaiyah / Nenek Bertetek Empat (di Desa Sentang Kecamatan Nibung Hangus, Kabupaten Batu Bara), kuburan Lobai Sonang, Kuba Bandar Sono, Kuburan Berkelambu (di Desa Gambus Laut, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara), Kuburan Kuba Lima Laras, Kuburan Datuk Lima Laras, Balai Perupuk dsb.
Laporan Pemerintah Inggris dari Penang, Jhon Anderson, mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya “ Mission to The Eastcoast of Sumatra” tertulis “Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di salah satu sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera. Lukisan relief manusia diukir di dinding, yang mungkin dewa-dewa Hindu …..”. Menurut Shadee, dalam bukunya “Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust”, pada permulaan kedatangan Belanda ke Sumatera Timur di tahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada langsung di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara
Saat ini Kabupaten Batu Bara jumlah penduduknya > 413.000 tersebar di 12 kecamatan, 10 kelurahan, dan 141 desa. Dan Bupati Batu Bara Ir. H. Zahir, M.AP., memahami ini adalah potensi menuju moto ‘Sejahtera Berjaya’ maka dia tidak akan pernah bosan meminta seluruh warganya, khususnya para ASN Pemda untuk memaksimalkan kinerja dalam pelayanan kepada masyarakat. Salah satunya, agar cepat merespon isu-isu strategis dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi melalui fasilitas dan peralatan yang telah dimiliki Pemkab Batu Bara.
Kabupaten Batu bara memang masih berusia muda, sejak dibentuk pada tanggal 15 Juni 2007 berdasarkan UU No.5 Tahun 2007. Namun pelayanan kepada masyarakatnya tiada dapat dihitung jari.
Makan ikan dengan bumbu kacang
Petir dilangit berdentum keras
Datang bukan hanya sekadar datang
Bupati Zahir memang pejuang keras
Kita rindu Petir dilangit
Yang datangkan hujan untuk semua
Mari Bantu bupati Zahir
Selalu ingin sejahterakan rakyatnya.
‘Ehehehe….
Maka jangan malu bercermin dari Pemkab Batu bara
(BudiDG/Red-01/Foto.ist)
Catatan:
Kubu , Kubah, Kuba, Kubus = Dalam KBBI berarti 1. pagar dari kayu yang diberi berlapis tanah dan sebagainya untuk menahan serangan dan sebagainya: sekeliling dusun itu dipasang — untuk menahan serangan musuh; 2 tempat pertahanan yang diperkuat dengan pagar-pagar pertahanan; benteng pertahanan. 3. Tanda
Lainnya,
Cagar Budaya Provinsi Sumatera Utara | DISBUDPAR SUMUT (sumutprov.go.id)
Kabar Sumatera – (74), ” MAKAM DATUK KUBA BATU BARA SUMUT APA KABARNYA ? ” – KORAN JOKOWI
Kabar Sumatera (83), “OKNUM JPU KAB.LABUHAN BATU MINTA 30 JUTA !?” – KORAN JOKOWI
Kabar Deli serdang (25), “WATIMPRES KE DELI SERDANG TIDAK BICARA TENTANG BPRPI ? ” – KORAN JOKOWI
Be the first to comment