
Eyang Dalem Dipati Ukur,
Dalam ‘Catatan Putih’ Relawan Jokowi-Ahok Jawa Barat.
Koranjokowi.com, OPini :
Sangat sedikit diantara kita tahu bahwa disaat Sultan Agung – Raja Mataram menyerang VOC di Batavia thn.1628 lalu, salah satu ‘jenderal perangnyanya’ ada yang berasal dari bangsawan Sunda, bernama Dipati Ukur alias Wangsanata atau Wangsataruna, seorang bangsawan yang juga adalah Bupati Wedana Priangan. Dipati Ukur adalah wedana umbul (pimpinan pasukan) papat-papat (44) di Priangan. Reputasinya sebagai prajurit linuwih cukup baik, yang teruji dalam setiap medan tempur ini pun terdengar hingga telinga Sultan Agung Mataram.
Karena kepentingan ‘sponsor’ , banyak yang dibelokan kesejarahannya, entah untuk apa, namun kami Relawan Jokowi-Ahok asal Jawa barat merasa perlu untuk meluruskannya. Kalau pun mungkin tidak ada manfaatnya.
Yang benar seperti ini, dimulai sekitar tanggal 12 Juli 1628, datang utusan Mataram ke Timbanganten (Ibukota Kerajaan Tatar Ukur). membawa surat dari Sultan Agung meminta Dipati Ukur, bergabung dengan Mataram memerangi VOV di Sunda kelapa, Beliau tidak langsung menerima begitu saja karena harus bicara dulu dengan ke-44 umbul umbulnya yang tersebar (saat ini bernama Kab. Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Karawang), yaitu:
..
1.Ukur Bandung (wilayah Banjaran dan Cipeujeuh),
2.Ukur Pasirpanjang (wilayah Majalaya dan Tanjungsari),
3.Ukur Biru (wilayah Ujungberung Wetan),
4.Ukur Kuripan (wilayah Ujungberung Kulon, Cimahi, dan Rajamandala),
5.Ukur Curugagung (wilayah Cihea),
6.Ukur Aranon (wilayah Wanayasa),
7.Ukur Sagaraherang (wilayah Pamanukan dan Ciasem),
8.Ukur Nagara Agung (wilayah Gandasoli, Adiarsa, Sumedangan), dan
9. Ukur Batulayang (wilayah Kopo, Rongga, dan Cisondari).
Setelah berkomunikasi akhirnya Dipati Ukur (Eyang Dalem Dipati Ukur) karena kecintaannya kepada NKRI menjawab tawaran Sultan Agung beberapa hari kemudian juga peneguhan sikap jika urang sunda (priangan) yang selama ini dikenal ‘adem’ oleh Mataram dan kerajaan lain, akan menjadi ‘ganas dan buas’ sebagaimana Harimau harimau lapar yang telah diwariskan oleh leluhurnya, khususnya Ratu Jayadewata / Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi – 1401–1521)
Dipati Ukur yang penampilan sederhana seolah berubah menjadi Harimau Siliwangi, siap menerkam dan mencabik-cabik VOC di Sunda kelapa, beliau pun mempersilahkan Sultan Agung melewati wilayahnya menuju Sunda kelapa. jika untuk guna menyerang VOC di Sunda kelapa. Strategi pun diatur, Sultan Agung dan Dipati Ukur setuju akan menyerang VOC Tahun 1628 , dan untuk memperkuat serangan maka Sultan Agung pun meminta Tumenggung Bahurekso (Bupati Kendal), untuk mendukung rencana itu. Yang kemudian ditotal kekuatan mereka lebih dari 20.000 pasukan. Dipati Ukur yang lebih paham medan darat menuju Sunda kelapa berangkat memakai jalan darat dan Bahurekso melalui laut, masing-masing membawa 10.000 prajurit. Mereka berjanji untuk bertemu di Karawang. Pasukan Dipati Ukur terdiri atas 9 umbul dari 44 umbul , yaitu umbul-umbul: Batulayang, Saunggatang, Taraju, Kahuripan, Medangsasigar, Malangbong, Mananggel, Sagaraherang dan Ukur, masing-masing selaku kepala pasukan di bawah komando Dipati Ukur. Pasukan itu berangkat dari Tatar Ukur, melewati Cikao (terletak di Purwakarta sekarang), dan berbelok ke arah utara sampai Karawang.
Penyerangan Batavia oleh Dipati Ukur & Pasukan Mataram
Setelah 7 malam menantikan Bahurekso di Karawang, tetapi tak kunjung datang, Dipati Ukur memutuskan untuk segera menyerang Batavia sebagai komitmennya kepada Sultan Agung . Dengan peralatan perang dan logistik apa adanya, Dipati UKur bersama ke-10.000 prajuritnya menyerang VOC melalui jalan darat. VOC sempat terkejut atas serangan tersebut. Setelah hampir 3 hari berperang, VOC yang mendapat bantuan dari sekutunya akhirnya berhasil memukul mundur hingga perbatasan Karawang. Namun VOC terus mengejar, Dipati UKur pun masuk hutan kawasan Gunung Pongporang yang terletak di Bandung Utara (kini, Cililin, Bdg Barat?)
Sementara itu Bahurekso – Kendal yang ‘terlambat’ tiba di Karawang sangat marah karena Dipati Ukur dianggap meninggalkanya, Ia pun segera menyusul ke Batavia dan melangsungkan serangan terhadap VOC. Namun Bahurekso mengalami kekalahan dan mundur sampai Karawang. Di Karawang, Bahurekso mencari tahu keberadaan Dipati Ukur. Setelah mendapatkan informasi, ia kembali ke Mataram.
Pemberontakan Dipati Ukur, Sumpelo ?
Selama bersembunyi di Gunung Pongporang, Dipati Ukur membangun benteng dan bermusyawarah dengan para pengikutnya, ada kabar Dipati Ukur dianggap melanggar komitmen dengan Bahurekso – Kendal. Situasi menjadi ‘kacau balau karena Sultan Agung pun menerima informasi seperti itu. Namun dia siap menerima sangsi apapun termasuk jika harus melawan Bahurekso dan Sultan Agung sekali pun.
Dipati Ukur tetap bertahan di Gunung Pongporang, namun 4 umbul ‘menyerah’ yaitu umbul-umbul Sukakerta, Sindangkasih, Cihaurbeti, dan Indihiang Galunggung, ke-4nya kemudian meninggalkan Dipati Ukur. Kesetiaan menjadi taruhan, tiba di Mataram ke-4 umbul itu pun memberitahukan lokasi Dipati Ukur. Fitnah Dipati Ukur berkhianat pun disemburkan , ‘wwooosss, wooosss, wooosss…….
Penangkapan Dipati Ukur
Tidak hampir sepekan, pasuka Bahurekso – Kendal dan ke-4 umbul umbul itu pun menyerang Dipati UKur yang memang telah mempersiapkan diri bersama ke-5 umbul yang tersisa dan dukungan lebih dari 1000 orang rakyat sekitar . Peperangan tidak dapat dicegah, Dipati Ukur menang strategi dan geografi dibanding penyerangnya. Dipati Ukur paham persenjataannya kecil maka dia menggunakan ‘perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat sambil membangun perkampungan dan bercocok tanam, membuka sawah dan tegalan hingga wilayah Gunung Lumbung (Cililin?), Dipati Ukur dan ribuan prajurit setianya tidak dapat dikalahkan Bahurekso Cs, mereka pun kembali ke Mataram dengan ‘bendera putih.
Setahun kemudian Dipati Ukur yang sukses dengan bercocok tanamnya , mendapat info akan ada serangan lagi dari pasukan Mataram, dipimpin oleh Tumenggung Narapaksa dari Mataram, Dipati UKur yang sudah malas berperang pun angkat senjata bersama pasukannya yang sibuk bertani. Dan upaya penyerangan itu pun gagal maning, belum sepekan mereka istirahat, tiba-tiba datang lagi lebih dari 5000 orang Pasukan Tumenggung Narapaksa yang dibantu Bagus Sutapura, Adipati Kawasen (Ciamis,Jabar) hampir sepekan mereka berperang hingga akhirnya Dipati Ukur & pengikutnya tertangkap dan dihukum mati di Mataram thn.1632.
Lucunya, ‘sponsor’ lain menyebut jika Dipati Ukur ditangkap di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan Cengkareng, Jawa barat. kemudian dibawa ke Mataram dan oleh Sultan Agung dijatuhi hukuman mati pada tahun 1632. Di versi itu juga disebut Dipati Ukur diikat disebuah pohon ditengah alun-alun Mataram, dan mempersilahkan siapapun yang melewatinya untuk ‘mengiris-iris’ tubuh Dipati Ukur. ‘Ngehe kan?
Versi ‘sponsor’ lain, Dipati Ukur ini terkenal digjaya karena ilmu ‘membuntel’ (bungkus/sembunyi) tubuhnya dengan pakaiannya sehingga tidak terlihat siapapun , saat ditangkap Dipati UKur dianggap kedigjayaannya ‘ngedrop’ maka bisa ditangkap, ehehehe.
Kini, peninggalan Dipati Ukur sebagian besar ditemukan di Gunung Lumbung,di Kampung Pabuntelan hingga Banjaran , berupa bekas perkampungan, senjata, piagam, patung, batu , makam kecil, pohon beringin, sebidang tanah berbentuk persegi yang berpagar bambu, sebuah lingga batu, sebuah batu bundar, dan beberapa buah pohon paku haji.
Versi lain juga menyebut ada peninggalan Dipati Ukur di Kecamatan Ciparay karena beliau pernah membangun permukiman di sebuah bukit bernama Bukit Cula yang sekarang terletak di Desa Gunung Leutik. Di Ciparay, Dipati Ukur saat gerilya menyamar sebagai rakyat biasa, dan menyembunyikan pakaian kebesarannya, termasuk sebuah duhung (keris) pusaka, warisan dari Raja Pajajaran, yang disebut culanagara. Tempat penyimpanan culanagara kini dijadikan situs sejarah bernama Situs Culanagara atau Situs Bukit Cula. Pada tahun 2012, di area situs tersebut didirikan palagan bernama Palagan Culanagara
Teman teman Relawan Jokowi – Ahok Jawa Barat dimana saja pun berada,
Sebagian versi mengatakan bahwa ilmu ‘membuntel’-nya beliau adalah warisan dari Ilmu menghilang-nya Prabu Siliwangi yang pernah digunakan digunakan ketika dia moksa di hutan Sancang, Garut, untuk menghindari pertempuran dengan anaknya, Kian Santang.
Apapun, hingga kini tidak diketahui dengan pasti di mana Dipati Ukur dimakamkan. Karena yang beretabaran itu hanyalah petilasan-petilasannya. Namun ada juga yang menyebut jika Dipati Ukur dimakamkan di Astana Luhur (Bojongmanggu), Puncak Gunung Geulis (Ciparay), Tepi Citarum (Desa Manggahang), Gunung Sadu (Soreang), kampung Cikatul/Pabuntelan (Pacet), Astana Handap (Banjaran), Gunung Tikukur (desa Manggahang) dan Pasir Luhur (Ujungberung Utara).
‘Ehehehe, bingung kan?
Semakin bingung saat kita ditanya,
Lalu tubuh siapa yang di-eksekusi Sultan Agung di Mataram?
‘Kamu nanya?
-Wallahualam bishowab, Al fatihah untuk Eyang Dalem Dipati Ukur-
-Semoga perjuangannya menjadi amal ibadah dan Surgalah tempatnya kini, aamiin yra-
(Red-01/Foto.ist)
Jokowi2Periode
Lainnya,
” PESAN MULIA PRABU SILIWANGI DARI & UNTUK CIANJUR “
” PESAN MULIA PRABU SILIWANGI DARI & UNTUK CIANJUR “ Koranjokowi.com, OPini : Pagi ini (01/12), saya selaku StafSus Koranjokowi.com Jabar II sebelum berangkat ke area korban Gempa Cianjur Jawa Barat menyempatkan diri menghubungi seluler […]
MUSUH MAUNG SILIWANGI ASAL BATALYON INFANTERI RAIDER 300 TERHEBAT ADALAH COVID 19 ?
MUSUH MAUNG SILIWANGI ASAL BATALYON INFANTERI RAIDER 300 TERHEBAT ADALAH COVID 19 ? KoranJokowi.com, Papua : Sejumlah prajurit Batalyon Infanteri Raider 300 di Kabupaten Cianjur terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu dikatakan langsung oleh Pangdam/III Siliwangi […]
“KEBUN RAYA BOGOR SARAT KISAH CINTA SEJATI “
“KEBUN RAYA BOGOR SARAT KISAH CINTA SEJATI “ Koranjokowi.com, LifeStyle: Siang tadi (17/12) PimRed telepon saya – StafSus Koranjokowi.com Kota Bogor dan Saor Sianipar – wakil saya, PimRed menanyakan apa sudah pernah main ke lingkungan […]
Kajitow Elkayeni (6), “JAKARTA BAGIAN KERAJAAN PAJAJARAN, ANIES SENGAJA JUNGKIR BALIKAN SEJARAH ?”
Kajitow Elkayeni (6), “JAKARTA BAGIAN KERAJAAN PAJAJARAN, ANIES SENGAJA JUNGKIR BALIKAN SEJARAH ?” -Buta Sejarah , Anies Menggila & Mengacak-acak Jakarta- Koranjokowi.com, Jakarta : (Sebelumnya saya mohon maaf kepada Mas Kajitow jika ada beberapa editing, […]
Be the first to comment