” PRABOWO HARUS BELAJAR DARI 3 KASUS INI ?, BOLJUG ! “
Koranjokowi.com, OPINi;
Menutup tahun 2024 ini ada beberapa hal menarik yang saya garis bawahi, diantaranya;
1.Kubu Hasto Kristiyanto – PDIP melalui Guntur Romli mengancam akan menyebarkan video sebagai bentuk perlawanan terhadap tuduhan kriminalisasi yang dialami Hasto dalam kasus Harun Masiku, dimana video dan semua dokumen itu dititipkan pada sahabat Hasto , pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie di luar negeri.
Sayangnya upaya -upaya kubu Hasto ini dianggap publik hanyalah sebagai ‘perlawanan’ perorangan, karena saat diminta tanggapan, Politikus PDIP Aria Bima mengaku tak paham dengan video yang disebut berisi ‘borok’ pejabat negara itu. Aria meminta hal itu ditanyakan langsung kepada Hasto.
“Saya nggak begitu paham mengenai video yang disampaikan oleh Pak Hasto. Kami persilakan untuk menanyakan ke Pak Hasto ya hal-hal yang terkait,” kata Aria di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (30/12/2024). Aria menegaskan tidak mengetahui perihal urusan personal. Dirinya pun meminta agar menanyakan kepada Hasto untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
Hal lain, Sudarsono Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi DPC PDIP Kabupaten Pemalang bahkan ikut melaporkan kasus Hasto dengan mengirim surat ke KPK. Ia pun kritis dan mengatakan problematika yang terjadi seusai Hasto menjadi tersangka akan membuat citra PDIP makin turun. Sudarsono mengaku siap ditegur oleh PDIP pusat terkait kritiknya terhadap Hasto ini. Ia meminta Hasto secara gentle untuk mengundurkan diri dari PDIP dan secara langsung datang ke KPK sebagai ksatria.
2.Presiden Prabowo seharusnya tidak ikut campur secara terbuka tentang vonis 6,5 tahun penjara kepada Harvey Moeis terkait kasus korupsi PT.Timah Rp.300 triliun kalau pun dianggap terlalu ringan. Hal ini disampaikannya secara terbuka di acara Musrenbangnas RPJMN 2025-2029, Senin (30/12/2024). “Vonisnya ya 50 tahun kira-kira gitu. Jaksa agung naik banding gak? Naik banding ya, naik banding” kata Prabowo dalam arahannya
Kita lihat sebelum dilakukannya Eksekusi mati terhadap 6 (enam) terpidana narkortika dan obat-obatan (narkoba) yang dilakukan pada Minggu (18/1/2015) , Presiden Jokowi saat itu tidak bergeming dan mengatakan jika dirinya tidak akan ikut campur soal terkait termasuk adanya tekanan dari dunia internasional khususnya pemerintah Belanda dan Brasil, yang warganya termasuk di antara mereka yang dieksekusi. Bahkan, Kedua negara itu langsung menarik dua duta besarnya di Jakarta.
Apapun Presiden Prabowo ,kalau pun secara tidak langsung, telah ikut campur soal kasus ini. Seharusnya yang bicara seperti ini adalah Menkopolkumhan, Jaksa agung atau siapapun, bukan seorang presiden. Karena ini juga akan menghapus capaian penegakan hukum kepada para koruptor yang terjerat dalam 100 hari kerja ini.
Bahkan ini menjadi ‘bahan gorengan tahu bulat’ para pembenci Presiden Prabowo
Presiden Prabowo bisa lihat bagaimana cara kerja kami dan netizen diluar sana, demikian sangar, gak pakai ‘nurul diantaranya, Namun kami tetap mengindahkan UU ITE . Kedepan, jika boleh tambahkan satu lagi elemen PILAR DEMOKRASI : Ekesekutif, Legislatif, Yudikatif, Pers dan Netizen. ‘Eheheh.
3.Toxic adalah isilah untuk seseorang/kelompok yang suka menyusahkan bahkan merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional dan menyebarkannya di media khususnya di sosmed. Biasanya dia juga memiliki prilaku ‘Thanos Syndrome ; perasaan bahwa dirinya merasa paling benar dan paling hebat. Sifat ini biasanya muncul dari orang-orang berkepribadian toksik. Seringkali mengira semua hal akan berantakan dan berjalan dengan tidak mulus jika tidak ada dirinya. Prilaku ini juga gemar menyebarkan sesuatu yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak jarang orang-orang beracun ditemukan melalui media sosial. Namun, tidak dapat dipungkiri pula banyak juga dalam kehidupan nyata.
Maka disaat mantan Presiden ke-7, Jokowi dihebohkan dengan namanya yang masuk sebagai pemimpin paling korup versi lembaga non-pemerintah OCCRP – Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). Beliau tertawa disaat ditanya media (31/12) di Solo lalu, “Hehehe, ya terkorup, korup apa, yang dikorupsi apa, ya dibuktikan, apa?”
‘Semoga di tahun 2025 ini, tidak ada lagi hal-hal konyol seperti ke-3 hal diatas.
PILAR DEMOKRASI THN.2025-2029:
Ekesekutif, Legislatif, Yudikatif, Pers dan Netizen).
‘Eheheh.
(Red-01/foto.ist)
Be the first to comment