“SILIWANGI, DJOGYAKARTA. KUTEMPUH 600 KM DENGAN CINTA”
Koranjokowi.com, OPINi:
Kisah Heroik sangat mengharukan Kepahlawanan Tentara Divisi Siliwangi karena harus /dipaksa melakukan “HIJRAH” ke Djogjakarta (Jawa Tengah) juga “LONG-MARCH”, jalan kaki dari Djogya ke jawa barat lagi. Istilah hijrah mengacu pada perjalanan panjang pasukan Siliwangi dari wilayah Jawa Barat ke Djogyakarta, yang terjadi menyusul penandatanganan perjanjian Renville antara Belanda dan Pemerintah RI pada 17 Januari 1948, di mana dua per tiga pulau Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur) dan Sumatera Timur dan Selatan diserahkan kepada Belanda.
Hal ini berarti bahwa kantong-kantong gerilya di daerah Jawa Barat yang telah terbangun harus dipindahkan ke daerah RI. Maka lebih dari 22.000 prajurit anggota Divisi Siliwangi dipaksa hijrah ke daerah Jawa Tengah sejak 1 Februari – 22 Februari 1948 menggunakan truk, kereta-api dsb. Selama perjalanan hijrah mereka dikawal oleh pihak Belanda tanpa makanan dan kesehatan yang baik. Namun, Divisi Siliwangi memiliki sikap disiplin dan sabar yang tiada duanya. . Kedisplinan lain yang dimiliki Divisi Siliwangi yaitu tertibnya selama perjalanan hijrah. Keberadaan Siliwangi apapun cukup membantu TNI dan rakyat di wilayah Djokyakarta dalam menjaga wilayah atas kepungan Belanda juga DI.TII dan PKI. Bahkan banyak yang kemudian menikah dengan warga sekitar sebagaimana kemudian disebut keturunan Jawa – Sunda (Jasun), ini juga membuktikan bahwa sumpah tidak akan pernah suku jawa dan suku sunda menikah pun gugur sedirinya.’Eheheh.
Namun saat mereka diminta untuk kembali ke tanah Pajajaran karena kebrutalan Belanda juga DI.TII dan PKI, juga Pangbesa Sudirman saat itu Perintah dengan sandi “Aloha.” Siasat ini dikeluarkan langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Melalui perintah ini, Panglima Sudirman memerintahkan Siliwangi untuk bergerak di bawah komando Letnan Kolonel Daan Yahya kembali pulang dengan berjalan kaki lebih dari 600 kilometer
Mereka kembali ke Jawa Barat ada sebagian yang membawa keluarga demi keamanan dan kenyamanan , istri yang hamil membawa anak2 kecilnya, membawa orang tua lansia yang juga banyak meninggal saat diperjalanan, kerugian harta benda dsb. Semua dilakukan dengan ikhlas sebagaimana saat HIJRAH juga hal ini dilakukan para orang-tua dan leluhur kami sebagaimana yang kerap diceritakan selama ini.
Perjalanan kembali ke kampung halaman ini tidak seindah saat Hijrah, mereka berjalan kaki dengan tantangan alam yang demikian dahsyat; bukit, gunung, sungai , binatang buas, kelaparan kurang makanan, kematian karena kesehatan dsb. Juga sergapan Belanda, DI.TII/PKI.
Namun SILIWANGI terus kembali dengan segala resikonya.
Dan mereka, prajurit Siliwangi tiada lelah.
Memasuki Februari 1949, Brigade Siliwangi telah berpindah , dari zona perang Jawa Tengah ke zona perang Jawa Barat . Semua batalyon berada di posisi teritorial, dan bergerak ke tahap perang gerilya menggempur DI.TII/PKI dan Belanda. Tiada kata lelah.
Letkol. Daan Yahya dan Mayor H V Worang
Ada satu nama yang selama ini tersembunyi dalam sejarah ini, dialah Kepala Staf Divisi Siliwangi, Letnan Kolonel Daan Yahya. Daan Jahja lahir dari pasangan Jahja Datoek Kajo dan Sjahrizan Jahja, asal Kotogadang, Agam, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan anggota Volksraad yang cukup vokal, dan orang yang pertama kali berpidato menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad bahkan sebelum sumpah pemuda dicetuskan pada tahun 1928 orasinya disampaiakan dengan berapi-api sehingga membuat orang-orang Belanda yang mendengarnya merasa panas. Beliau wafat 20 Juni 1985 tepat pada saat Idul Fitri 1405. sepulang dari Masjid Sunda Kelapa, Jakarta setelah melaksanakan salat Ied
Sebelum berangkat ke Djogjakarta , Daan rupanya tetap menyisakan prajurit2 pilihannya dibeberapa tempat seksi Jawa barat dengan menyamar sebagai ‘pasukan liar’ karena selain Belanda, ada musuh lain Siliwangi yaitu DI.TII, PKI yang juga lebih ‘sadis’ dari Belanda bahkan tak segan melakukan perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan. Seperti itulah Siliwangi bekerja, tiada lelah.
SILIWANGI, DJOGYAKARTA, PAJAJARAN & MATARAM
‘Satu nafas, satu cinta.
Profil Daan Yahya
Komandan Resimen IV TKR Divisi I / Tirtayasa Komandemen Jawa Barat (1945-1946).
Wakil Kepala Staf Divisi Siliwangi (1946).
Komandan Brigade III / Kian Santang Divisi Siliwangi (1946-1947).
Komandan Brigade V / Guntur Divisi Siliwangi (1947-1948).
Kepala Staf merangkap Pd Panglima Divisi IV / Siliwangi (1948).
Gubernur Militer dan Komandan KMKB Djakarta Raja (1949-1950).
Sekretaris Gabungan Kepala Staf (1951 – 1953).
Atase Militer RI di Mesir, Syria, dan Yordania (1954 – 1956).
Wawancara Imajiner (4), “DIANTARA CANDU, RERE & CEGAH KORUPSI” Koranjokowi, OPINi : Menulis adalah ‘Passion (Gairah) bahkan ibarat candu, namun bukan candu turunan narkotika yang berasal dari getah buah candu (Papaver somniferum L. atau P. […]
Melawan Lupa (141), “SELAMAT HARI NATAL, SAYANG “ Koranjokowi.com, KisahCinta: Yurike Sanger adalah istri ke-7 Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih […
MEDIA INDEPENDEN RELAWAN JOKOWI : *Alumni Kongres Relawan Jokowi 2013 (AkarJokowi2013), *Aliansi Wartawan Non-mainstream Indonesia (Alwanmi) & Para Relawan Jokowi Garis Lurus lainnya.
Be the first to comment